Kabupaten Tangerang termasuk
salah satu daerah tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten.
Terletak pada posisi geografis cukup strategis. Di sebelah utara berbatasan
dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Jakarta dan Kota Tangerang, di sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Sedangkan di bagian barat berbatasan
langsung dengan Kabupaten Serang.
Jarak antara Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik Indonesia,
Jakarta, sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Keduanya
dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan Jakarta-Merak yang
menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau
Sumatera. Dari 200 Juta lebih penduduk Indonesia, mayoritas terkonsentrasi di
kedua pulau tersebut (Pulau Jawa 120 juta jiwa dan Sumatera 40 juta jiwa).
Pertumbuhan penduduk daerah ini cukup pesat. Total penduduk 2.959.600 jiwa,
rata-rata pertumbuhan 4,32% per tahun yang didominasi oleh kelompok umur
berusia muda. Kelompok umur 0-14 tahun berjumlah 1.195.589 jiwa atau sebesar
40%. Kelompok umur 15-64 tahun sebesar 1.709.158 jiwa atau 57,6%. Sedangkan
pada kelompok umur 65 tahun ke atas sebanyak 65.853 jiwa atau 2,2%.
Luas wilayah Kabupaten Tangerang 111.038 ha. Dibagi ke dalam 36 kecamatan
dan 316 desa. Keseluruhan kondisi wilayah memiliki topografi yang relatif datar
dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurun. Ketinggian wilayah sekitar
antara 0-85 m di atas permukaan laut. Curah hujan setahun rata-rata 1.475 mm
dan temperatur udara berkisar antara 23 °C - 33 °C. Iklim ini dipengaruhi oleh
wilayah di bagian utara yang merupakan daerah pesisir pantai sepanjang kurang
lebih 50 km.
Wilayah Tangerang juga dibagi ke dalam tiga wilayah pusat pertumbuhan,
yaitu Serpong, Balaraja dan Tigaraksa serta Teluknaga. Pusat Pertumbuhan
Serpong meliputi enam kecamatan, yaitu Serpong, Ciputat, Pondok Aren, Legok dan
Curug yang menjadi pusat pertumbuhan pemukiman. Pusat Pertumbuhan Balaraja dan
Tigaraksa. Berupa kawasan industri, pemukiman dan pusat pemerintahan. Meliputi
delapan kecamatan, yaitu Balaraja, Rajeg, Pasar Kemis, Tigaraksa, Kresek,
Cisaka, Cikupa, Kronjo, Jayanti, Jambe dan Panongan.
Pusat Pertumbuhan Teluknaga. Meliputi lima kecamatan, yaitu Teluknaga,
Kosambi, Sepatan, Mauk, Pakuhaji, Kemiri dan Sukadiri. Diarahkan untuk
pengembangan sektor pariwisata bahari dan alam, industri maritim, pelabuhan
laut, perikanan dan pertambakan.
- Keruangan dan Geografis
Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat
106°20'-106°43' Bujur Timur dan 6°00'-6°20' Lintang Selatan. Luas wilayah
Kabupaten Tangerang 1.110,38 Km2 atau 12,62 % dari seluruh luas wilayah
Propinsi Banten dengan Batas wilayah:
Dari sebelah Utara wilayah ini berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur
berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, sedangkan sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.
Secara Topografi, Kabupaten Tangerang berada pada wilayah dataran yang
terdiri dari wilayah dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah sebagian
besar berada di wilayah Utara yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk, Kemiri,
Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pakuhaji, dan Sepatan. Sedangkan dataran tinggi
berada di wilayah Bagian Tengah ke arah Selatan.
- Perekonomian
Kabupaten Tangerang merupakan
kota satelit, penyangga utama kota metropolitan Jakarta. Sektor ekonomi utama
untuk menunjang perkonomian Kabupaten Tangerang adalah sektor industri dengan
total luas lahan industri sekitar 3.398 ha dengan jumlah perusahaan yang
beroperasi tercatat mencapai lebih dari 655 perusahaan.
Sebagai kota penyangga, sebagian
penduduk Kabupaten Tangerang bekerja di Jakarta. Maka laju pertumbuhan penduduk
yang terus meningkat, sebagian besar bersifat non-alamiyah, seiring dengan
tumbuhnya kawasan-kawasan perumahan, mulai dari yang berskala kecil-menengah
hingga berskala besar, seperti: Bumi Serpong Damai (BSD) seluas 6.000 ha,
Bintaro Jaya seluas 1.500 ha, dan Perumahan Alam Sutra dan Citra Raya seluas
3.000 ha. Maka laju ekonomi Kabupaten Tangerang selain digerakkan oleh kegiatan
industri di wilayah Kabupaten Tangerang sendiri, juga digerakan oleh sektor
konsumsi rumah tangga dari penduduk komuter yang bekerja di luar Kabupaten
Tangerang.
Dampak langsung dari pertumbuhan
kawasan industri dan perumahan ini, adalah bergeraknya sektor perdagangan dan
jasa, sehingga sektor ini pun memberikan konstribusi yang cukup berarti bagi
pendapatan daerah.Tahun 2003 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Tangerang
mencapai Rp. 18.561.863,44 dengan rata-rata pendapatan perkapita pertahun
sebesar Rp.6.065.570,02. Sedangkan PDRB Kab Tangerang Tahun 2006 telah mencapai
Rp. 27.571.752,61 dengan rata-rata perkapita pertahun sekitar Rp.8.190.222,27.
Kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang tahun 2003-2006
masih berasal dari sektor industri disusul sektor perdagangan, hotel, restoran
dan sektor pertanian.
Ada hal yang menarik dari
angka-angka yang telah dikemukakan, yakni terjadinya perubahan angka
kontributor PDRB di Kabupaten Tangerang, yakni sektor industri mengalami
penurunan, sedangkan sektor perdagangan justru mengalami kenaikan. Hal ini perlu
mendapat perhatian pemerintah agar kontribusi PDRB dad sektor industri dapat
ditingkatkan dan khususnya bagi industri-industri yang bersifat padat karya,
sehingga bukan saja akan meminimalkan terjadinya pemutusan hubungan kerja
(PHK), tetapi akan meningkatkan daya serap angkatan kerja.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang tahun 2003 sebesar 4,44%
meningkat menjadi 6, 40% ditahun 2004 dan menjadi 7,40% ditahun 2005. Sedangkan
pada tahun 2006, angka LPE mencapai 6,97%. Pertumbuhan LPE ini seharusnya
berdampak pada perubahan ekonomi yang membaik seperti berkurangnya angka
pengangguran, namun ternyata kenaikan LPE ini belum cukup membantu mengurangi
angka pengangguran.Hal ini dimungkinkan karena pertumbuhan ekonomi banyak
bertumpu pada peningkatan modal/investasi tetapi kurang mendukung peningkatan
kesempatan kerja atau kesempatan kerja yang terbentuk lebih kecil daripada
pertambahan angkatan kerja.
Meningkatnya LPE pada tahun 2005 menjadi 7,4 % dari 6,4 persen tahun
sebelumnya menurunkan pengangguran sekitar 0,61 persen. Sedangkan melemahnva
LPE pada tahun 2006 menjadi 6,97 sejalan dengan meningkatnya angka pengangguran
menjadi 18,23 persen pada tahun 2006 dibanding 14,31 persen pada tahun 2005.
Lebih jauh lagi melemahnya LPE ini menambah jumlah penduduk miskin yang pada
tahun 2006 meningkat menjadi 13,07 persen dibandingkan 10,24% pada tahun 2005.
Perekonomian di Kabupaten Tangerang pada tahun 2006 tumbuh sebesar 6,97%
dimana terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya
sebesar 4,44%. Artinya pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Tangerang
tahun 2006 lebih cepat sebesar2, 53% dari yang terjadi pada tahun 2003.
Pertumbuhan sebesar ini didorong dan dimotori oleh peningkatan yang berarti
pada pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto.
PDRB Kabupaten Tangerang atas dasar harga berlaku tahun 2006 sebesar 27,57
triliun rupiah, tahun 2005 sebesar 23,99 triliun rupiah, tahun 2004 sebesar
20,77 triliun rupiah, dan tahun 2003 sebesar 18,56 triliun rupiah. Nilai PDRB
berdasarkan harga konstan sebesar Rp. 14 trilyun lebih pada tahun 2003 dengan
nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 8 trilyun. Sedangkan pada
tahun 2006, Nilai PDRB berdasarkan hargaa konstan sebesar Rp. 17 trilyun lebih
dengan nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 10 trilyun. Nilai
PDRB lainnya tertera dalam tabel dibawah ini
- Prasarana
Kualitas sumber daya manusia
sangatlah bergantung dari pembangunan di bidang pendidikan. Indikator atau
ukuran yang bisa digunakan untuk melihat tingkat kemajuan pendidikan disuatu
daerah antara lain adalah dengan melihat prosentase melek huruf, rata-rata lama
sekolah clan pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Pembangunan pendidikan, terutama upaya untuk meningkatkan angka partisipasi
dan kelulusan pendidikan di Kabupaten Tangerang sempat diramalkan akan
mengalami hambatan yang cukup berarti. Hal ini mengingat terjadinya penurunan
daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM dan kenaikan inflasi, baik
secara nasional maupun regional, serta meningkatnya angka pengangguran akibat
tutup atau tidak berproduksinya beberapa pabrik industri -- yang hingga awal
Agustus 2007 mencapai 74 pabrik.
Namun ternyata, kecemasan itu tidak terjadi. Bila komposisi penduduk
menurut pendidikan yang tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2003 tamatan SD
sebesar 27,81% dan disusul tamat SLTP sebesar 17,8% dan SLTA sebesar 16,29%,
maka meskipun tidak terlalu signifikan, pada tahun 2006 , komposisi ini berubah
secara positif, yakni tamatan SD menjadi 26,35%; tamatan SLTP menjadi 19,929%;
dan SLTA sebesar 17,42%.
Berdasarkan tabel di atas, secara umum hal yang masih perlu mendapatkan
perhatian khusus adalah peningkatan prosentase penduduk untuk memiliki ijazah
pada jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Hal ini dapat juga
mengindikasikan bahwa kebutuhan akan pendidikan sampai janjang perguruan tinggi
masih perlu memperoleh perhatian besar. Indikator lain yang bisa kita lihat
untuk mengukur pendidikan adalah dengan melihat angka partisipasi murni
sekolah.
Dengan keadaan tersebut, walaupun tamatan jenjang
pendidikan lebih tinggi dari pada SD mengalami peningkatan, namun bila melihat
kepentingan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi persaingan (antar daerah
dan global), maka pemerintah daerah masih harus bekerja keras untuk dapat
meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Upaya itu, tidak hanya memperbesar
kesempatan masyarakat (khususnya dari masyarakat miskin) dapat memperoleh
pendidikan ke jenjang lebih tinggi, tapi juga dapat meningkatkan akses
masyarakat untuk bisa menamatkan pendidikan di perguruan tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar