Selasa, 20 Mei 2008

Profil Lengkap Gambaran Umum Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup strategis. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Jakarta dan Kota Tangerang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Sedangkan di bagian barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Serang.  

Jarak antara Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik Indonesia, Jakarta, sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Dari 200 Juta lebih penduduk Indonesia, mayoritas terkonsentrasi di kedua pulau tersebut (Pulau Jawa 120 juta jiwa dan Sumatera 40 juta jiwa).

Pertumbuhan penduduk daerah ini cukup pesat. Total penduduk 2.959.600 jiwa, rata-rata pertumbuhan 4,32% per tahun yang didominasi oleh kelompok umur berusia muda. Kelompok umur 0-14 tahun berjumlah 1.195.589 jiwa atau sebesar 40%. Kelompok umur 15-64 tahun sebesar 1.709.158 jiwa atau 57,6%. Sedangkan pada kelompok umur 65 tahun ke atas sebanyak 65.853 jiwa atau 2,2%. 

Luas wilayah Kabupaten Tangerang 111.038 ha. Dibagi ke dalam 36 kecamatan dan 316 desa. Keseluruhan kondisi wilayah memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurun. Ketinggian wilayah sekitar antara 0-85 m di atas permukaan laut. Curah hujan setahun rata-rata 1.475 mm dan temperatur udara berkisar antara 23 °C - 33 °C. Iklim ini dipengaruhi oleh wilayah di bagian utara yang merupakan daerah pesisir pantai sepanjang kurang lebih 50 km.

Wilayah Tangerang juga dibagi ke dalam tiga wilayah pusat pertumbuhan, yaitu Serpong, Balaraja dan Tigaraksa serta Teluknaga. Pusat Pertumbuhan Serpong meliputi enam kecamatan, yaitu Serpong, Ciputat, Pondok Aren, Legok dan Curug yang menjadi pusat pertumbuhan pemukiman. Pusat Pertumbuhan Balaraja dan Tigaraksa. Berupa kawasan industri, pemukiman dan pusat pemerintahan. Meliputi delapan kecamatan, yaitu Balaraja, Rajeg, Pasar Kemis, Tigaraksa, Kresek, Cisaka, Cikupa, Kronjo, Jayanti, Jambe dan Panongan.

Pusat Pertumbuhan Teluknaga. Meliputi lima kecamatan, yaitu Teluknaga, Kosambi, Sepatan, Mauk, Pakuhaji, Kemiri dan Sukadiri. Diarahkan untuk pengembangan sektor pariwisata bahari dan alam, industri maritim, pelabuhan laut, perikanan dan pertambakan.

  •              Keruangan dan Geografis

Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106°20'-106°43' Bujur Timur dan 6°00'-6°20' Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Tangerang 1.110,38 Km2 atau 12,62 % dari seluruh luas wilayah Propinsi Banten dengan Batas wilayah:

Dari sebelah Utara wilayah ini berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.

Secara Topografi, Kabupaten Tangerang berada pada wilayah dataran yang terdiri dari wilayah dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah sebagian besar berada di wilayah Utara yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk, Kemiri, Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pakuhaji, dan Sepatan. Sedangkan dataran tinggi berada di wilayah Bagian Tengah ke arah Selatan.




  •              Perekonomian
Kabupaten Tangerang merupakan kota satelit, penyangga utama kota metropolitan Jakarta. Sektor ekonomi utama untuk menunjang perkonomian Kabupaten Tangerang adalah sektor industri dengan total luas lahan industri sekitar 3.398 ha dengan jumlah perusahaan yang beroperasi tercatat mencapai lebih dari 655 perusahaan.

Sebagai kota penyangga, sebagian penduduk Kabupaten Tangerang bekerja di Jakarta. Maka laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, sebagian besar bersifat non-alamiyah, seiring dengan tumbuhnya kawasan-kawasan perumahan, mulai dari yang berskala kecil-menengah hingga berskala besar, seperti: Bumi Serpong Damai (BSD) seluas 6.000 ha, Bintaro Jaya seluas 1.500 ha, dan Perumahan Alam Sutra dan Citra Raya seluas 3.000 ha. Maka laju ekonomi Kabupaten Tangerang selain digerakkan oleh kegiatan industri di wilayah Kabupaten Tangerang sendiri, juga digerakan oleh sektor konsumsi rumah tangga dari penduduk komuter yang bekerja di luar Kabupaten Tangerang.

Dampak langsung dari pertumbuhan kawasan industri dan perumahan ini, adalah bergeraknya sektor perdagangan dan jasa, sehingga sektor ini pun memberikan konstribusi yang cukup berarti bagi pendapatan daerah.Tahun 2003 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Tangerang mencapai Rp. 18.561.863,44 dengan rata-rata pendapatan perkapita pertahun sebesar Rp.6.065.570,02. Sedangkan PDRB Kab Tangerang Tahun 2006 telah mencapai Rp. 27.571.752,61 dengan rata-rata perkapita pertahun sekitar Rp.8.190.222,27. Kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang tahun 2003-2006 masih berasal dari sektor industri disusul sektor perdagangan, hotel, restoran dan sektor pertanian.

Ada hal yang menarik dari angka-angka yang telah dikemukakan, yakni terjadinya perubahan angka kontributor PDRB di Kabupaten Tangerang, yakni sektor industri mengalami penurunan, sedangkan sektor perdagangan justru mengalami kenaikan. Hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah agar kontribusi PDRB dad sektor industri dapat ditingkatkan dan khususnya bagi industri-industri yang bersifat padat karya, sehingga bukan saja akan meminimalkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK), tetapi akan meningkatkan daya serap angkatan kerja.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang tahun 2003 sebesar 4,44% meningkat menjadi 6, 40% ditahun 2004 dan menjadi 7,40% ditahun 2005. Sedangkan pada tahun 2006, angka LPE mencapai 6,97%. Pertumbuhan LPE ini seharusnya berdampak pada perubahan ekonomi yang membaik seperti berkurangnya angka pengangguran, namun ternyata kenaikan LPE ini belum cukup membantu mengurangi angka pengangguran.Hal ini dimungkinkan karena pertumbuhan ekonomi banyak bertumpu pada peningkatan modal/investasi tetapi kurang mendukung peningkatan kesempatan kerja atau kesempatan kerja yang terbentuk lebih kecil daripada pertambahan angkatan kerja.
Meningkatnya LPE pada tahun 2005 menjadi 7,4 % dari 6,4 persen tahun sebelumnya menurunkan pengangguran sekitar 0,61 persen. Sedangkan melemahnva LPE pada tahun 2006 menjadi 6,97 sejalan dengan meningkatnya angka pengangguran menjadi 18,23 persen pada tahun 2006 dibanding 14,31 persen pada tahun 2005. Lebih jauh lagi melemahnya LPE ini menambah jumlah penduduk miskin yang pada tahun 2006 meningkat menjadi 13,07 persen dibandingkan 10,24% pada tahun 2005.
Perekonomian di Kabupaten Tangerang pada tahun 2006 tumbuh sebesar 6,97% dimana terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya sebesar 4,44%. Artinya pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Tangerang tahun 2006 lebih cepat sebesar2, 53% dari yang terjadi pada tahun 2003. Pertumbuhan sebesar ini didorong dan dimotori oleh peningkatan yang berarti pada pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto.
PDRB Kabupaten Tangerang atas dasar harga berlaku tahun 2006 sebesar 27,57 triliun rupiah, tahun 2005 sebesar 23,99 triliun rupiah, tahun 2004 sebesar 20,77 triliun rupiah, dan tahun 2003 sebesar 18,56 triliun rupiah. Nilai PDRB berdasarkan harga konstan sebesar Rp. 14 trilyun lebih pada tahun 2003 dengan nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 8 trilyun. Sedangkan pada tahun 2006, Nilai PDRB berdasarkan hargaa konstan sebesar Rp. 17 trilyun lebih dengan nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 10 trilyun. Nilai PDRB lainnya tertera dalam tabel dibawah ini

  •                Prasarana 
Kualitas sumber daya manusia sangatlah bergantung dari pembangunan di bidang pendidikan. Indikator atau ukuran yang bisa digunakan untuk melihat tingkat kemajuan pendidikan disuatu daerah antara lain adalah dengan melihat prosentase melek huruf, rata-rata lama sekolah clan pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Pembangunan pendidikan, terutama upaya untuk meningkatkan angka partisipasi dan kelulusan pendidikan di Kabupaten Tangerang sempat diramalkan akan mengalami hambatan yang cukup berarti. Hal ini mengingat terjadinya penurunan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM dan kenaikan inflasi, baik secara nasional maupun regional, serta meningkatnya angka pengangguran akibat tutup atau tidak berproduksinya beberapa pabrik industri -- yang hingga awal Agustus 2007 mencapai 74 pabrik.
Namun ternyata, kecemasan itu tidak terjadi. Bila komposisi penduduk menurut pendidikan yang tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2003 tamatan SD sebesar 27,81% dan disusul tamat SLTP sebesar 17,8% dan SLTA sebesar 16,29%, maka meskipun tidak terlalu signifikan, pada tahun 2006 , komposisi ini berubah secara positif, yakni tamatan SD menjadi 26,35%; tamatan SLTP menjadi 19,929%; dan SLTA sebesar 17,42%.

Berdasarkan tabel di atas, secara umum hal yang masih perlu mendapatkan perhatian khusus adalah peningkatan prosentase penduduk untuk memiliki ijazah pada jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Hal ini dapat juga mengindikasikan bahwa kebutuhan akan pendidikan sampai janjang perguruan tinggi masih perlu memperoleh perhatian besar. Indikator lain yang bisa kita lihat untuk mengukur pendidikan adalah dengan melihat angka partisipasi murni sekolah.
Dengan keadaan tersebut, walaupun tamatan jenjang pendidikan lebih tinggi dari pada SD mengalami peningkatan, namun bila melihat kepentingan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi persaingan (antar daerah dan global), maka pemerintah daerah masih harus bekerja keras untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Upaya itu, tidak hanya memperbesar kesempatan masyarakat (khususnya dari masyarakat miskin) dapat memperoleh pendidikan ke jenjang lebih tinggi, tapi juga dapat meningkatkan akses masyarakat untuk bisa menamatkan pendidikan di perguruan tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Tutorial Wordpress Blogger Blogspot